Buah Matoa

Sabtu, 16 April 2011

Buah Matoa (Pometia pinnata) adalah buah khas asli Papua. Rasa buah ini manis seperti buah rambuatan atau buah kelengkeng. Pohon matoa tumbuh tinggi, dan kayu nya bisa untuk mebel atau kusen – kusen rumah. Buah ini merupakan buah musiman yang berbuah pada bulan September – Oktober. Matoa tumbuh di seluruh wilayah kepulauan Cenderawasih.
Rasa buahnya “ramai”, dan susah didefinisikan, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan. Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang bilang manis legit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan durian. Pendeknya, buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem) dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna coklat kehitaman bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.
Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis Australia.
Di Papua, pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenis tumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan (Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.
Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan Taun. Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-macam, antara lain : ganggo, jagir, jampania, kasai, kase, kungkil, lamusi, lanteneng, lengsar, mutoa, pakam, sapen, tawan, tawang dan wusel. Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia.
Di Papua, pohon matoa yang semula tumbuh liar kini menjadi semakin naik gengsinya. Apalagi semenjak (mantan) presiden Megawati mencanangkan penanaman berbagai jenis pohon asli Indonesia seperti cempaka Aceh, meranti Kalimantan dan matoa Papua sebagai pohon lestari, di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta, beberapa tahun yang lalu.
Maka, dapat dimaklumi kalau umumnya masyarakat Papua akan dengan bangga menyebut buah matoa sebagai buah khasnya propinsi Papua. Pohon ini berbunga sepanjang tahun, maka pohon matoa pun dapat dikatakan berbuah hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, buah matoa relatif mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di Papua.
Dari penjabaran di atas, kami mempunyai ide untuk mencoba mengembangbiakkan tanaman buah tersebut yang tentunya dengan kegunaan yang dimiliki oleh buah tersebut yang telah dijabarkan di atas.
Untuk menikmati buah ini tentu saja kita harus ke papua, tapi itu tidak perlu lagi kita lakukan. Karena disini kami mencoba untuk mengembangbiakan buah tersebut agar kita bisa juga menikmati kelezatan dari buah tersebut tanpa harus ke papua terlebih dahulu. Selain itu, kami juga ingin mengenalkan kepada seluruh masyarakat Indonesia kalau bisa sampai ke luar negeri bahwa kita mempunyai buah yang beraneka ragam dan memiliki manfaat yang banyak sekali.
Kedepannya kami akan membuat usaha dari buah ini, menjualnya kemudian mungkin juga kami akan olah sedemikian rupa.

2 komentar:

Anonim at: 19 April 2011 pukul 21.01 mengatakan...

maju terus generasi muda indonesia..
jgn pernah takut akan tantangan yang bakal kalian hadapi..

Anonim at: 5 Mei 2011 pukul 11.18 mengatakan...

semangat